About

Yang Saya Pelajari Ketika Saya Menonton Drama Korea


Yang Saya Pelajari Ketika Saya Menonton Drama Korea 



 
Ada satu stereotip yang kerap disalahpahami saat kita menikmati Drama Korea. Oppa-oppa Korea lebih cantik daripada tokoh perempuannya, nggak cowok banget. Wah mereka ini suka cewek nggak ya? Wah mereka ini kemayu banget, jangan-jangan letoy? Kurang manly, jangan-jangan bisanya dandan aja.

Stereotip ini dulu sungguh saya yakini. Dasar homo, seolah menjadi gay itu rendah, atau laki-laki yang berdandan, merawat diri itu jelek. Sampai saya kemudian jatuh cinta pada Big Bang, yang lagi-lagi diperkenalkan oleh Sopyan. Saat mendengar Big Bang, saya terlambat, sebagian personil Big Bang tengah menjalani wajib militer.

Lho kok wajib militer?

Iya. Oppa-oppa korea yag kamu bilang kurang manly, suka dandan, kemayu, cantik, dan letoy itu diharuskan wajib militer. Dan wajib militer di Korea itu mengerikan. Latian itu dilakukan mulai jam enam pagi hingga 12 malam. Setiap hari selama lima bulan sebagai pengantar wamil. Seseorang harus bangun pagi, latihan fisik, bela diri, menembak, pengabdian masyarakat, dan seluruh hal itu dilakukan dalam waktu dua tahun. Iya, dua tahun.

Ini jadi pengetahuan penting. Bagi saya yang dulu merendahkan Oppa-oppa Korea -hanya karena mereka tampil kenes dan cantik-pengetahuan bahwa mereka pernah mengikuti wajib militer itu bikin jiper. Bukan apa-apa, sebagai negara yang selalu dibayangi rasa takut perang dengan Korea Utara, wajib militer yang dilakukan Korsel itu berat. Kamu bisa menonton apa saja poin poin wajib militer yang dilatih.

Wajib militer itu bukan perkara mudah. Jika kamu menganggap cowok brewokan, berbadan kekar, macho, dan seram pasti bisa lolos wajib militer, anda kebanyakan nonton film. Wajib militer itu perkara siapa yang kuat menghadapi latihan fisik yang berat. Seseorang yang gemar nge-gym belum tentu bisa lolos latihan kemiliteran. Oppa-oppa ini wajib menjalani itu semua.

Ini mengapa saya suka geli dengan orang yang menyebut atau merendahkan oppa-oppa idol grup dengan sebutan letoy, kemayu, kurang cowok. Kalau ukuran "cowok" itu kuat, wah usai wajib militer bisalah itu diadu. Baik lari, nembak orang, atau berkelahi. Tapi ya bukan itu poin mengapa Oppa Korea-Korea jadi keren.

Untuk jadi anggota idol, seorang Oppa harus latihan keras. Seorang anggota idol bisa latihan delapan jam sehari, enam hari seminggu, nyanyi, menari, dan latihan fisik. Sesuatu yang belum tentu cowok "Macho, brewok, gagah" bisa lakukan. Latihan fisik ini membutuhkan stamina tinggi, konsentrasi, dan daya tubuh tinggi.

Berdasarkan pengetahuan saya yang terbatas tentang K-Pop, ada banyak boy band Korea yang keren. BTS, EXO, Big Bang dan yang lain itu bukan cuma sekedar ganteng. Ada banyak hal yang membuat mereka jadi idol. Koreografi BTS di AMA adalah satu bukti betapa keren Boy Band yang kamu anggap letoy ini. Kalo soal musik dan gaya keren Big Bang bisa jadi rujukan.

Ada kanal weekly Idol di YouTube yang bisa memuaskan hasrat fangirling/fanboying secara kaffah. Sebagai penggemar Rose blackpink, dan *uhuk* jungkook. Kamu bisa nambah pengetahuan soal K-Pop via YouTube buat menghapus Stereotype di kepala kita. Saran saya, jangan buka runningman, itu racun Bangsat.

Ini generasi baru K-Pop, saya kira generasi-generasi terdahulu juga punya kedigdayaannya masing-masing. Kamu tak bisa mengukur kekuatan seorang dari tampilan maskulin. Oppa-oppa ini mungkin lebih cantik dari perempuan dan itu nggak masalah. Ekspresi gender itu cair dan jangan mau dikibulin machoisme yang bilang, laki-laki dandan itu maho, gay, dan nggak keren.

Jadi sebelum kamu menganggap Boy Band itu letoy, coba latihan nari delapan jam sehari, enam hari seminggu, lalu kita coba ukur siapa yang lebih kuat.
Arman Dhani

0 Response to "Yang Saya Pelajari Ketika Saya Menonton Drama Korea "

Posting Komentar